Ramallah (ANTARA) - Peringatan Hari Internasional Penyandang Disabilitas menjadi momentum bagi Doctors Against Genocide (DAG) untuk menyoroti krisis kemanusiaan yang terus memburuk di Jalur Gaza.
Organisasi yang berbasis di Amerika Serikat (AS) itu, Kamis (4/12) menyatakan lebih dari 6.000 penyandang amputasi kini hidup tanpa dukungan rehabilitasi maupun layanan psikososial yang memadai akibat runtuhnya sistem layanan tersebut di Jalur Gaza.
DAG mengungkapkan bahwa satu dari empat penyandang amputasi merupakan anak-anak. Selain itu, ribuan penyintas masih bergulat dengan trauma psikologis berat, luka parah, dan kondisi pengungsian paksa, sementara fasilitas perawatan khusus hampir tidak tersedia.
Baca juga: Suara pilu anak Gaza di tengah perang dalam "The Voice of Hind Rajab
Organisasi itu menegaskan bahwa rehabilitasi adalah hak dasar, termasuk akses terhadap alat bantu, dukungan psikososial, serta perlindungan dari kekerasan.
DAG meminta komunitas internasional menjalankan tanggung jawabnya untuk memastikan hak-hak tersebut terpenuhi.
DAG juga menyerukan akses segera terhadap layanan rehabilitasi dan prostetik, penyediaan dukungan psikososial, serta jaminan perlindungan bagi penyandang disabilitas sesuai hukum internasional.
Organisasi tersebut juga mendorong penegakan akuntabilitas terhadap pihak-pihak yang dianggap bertanggung jawab atas krisis disabilitas berskala besar di Jalur Gaza.
Sumber: WAFA-OANA
Baca juga: UNICEF: 9.300 anak-anak Gaza dibawah lima tahun alami malnutrisi akut
Baca juga: Ribuan anak-anak Gaza masih menunggu evakuasi medis, WHO turun tangan
Penerjemah: Asri Mayang Sari
Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2025
Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.





















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379583/original/008279300_1760351169-Artboard_1_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378189/original/057508300_1760218015-AP25284765147801__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348124/original/066186800_1757768591-persebaya.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5367784/original/099774300_1759313808-Sherhan-Kalmurza.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377650/original/070250500_1760140104-AP25283706908321.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5277047/original/083807100_1751975773-Sakit_mag.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5325476/original/093684600_1755998966-MPL_ID_S16_01.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376773/original/003374000_1760018952-yaniv-knobel-UvkIx6DMTMk-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975262/original/049835800_1729563717-trombosit-adalah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5369643/original/010833600_1759476021-IMG-20251003-WA0016.jpg)

![[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Wamenkes Baru dan Eliminasi Tuberkulosis](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/y0KuB7erhDJ6TbtDuKZCqONsZYw=/1200x675/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376817/original/095760700_1760054336-WhatsApp_Image_2025-10-09_at_4.52.47_PM.jpeg)

English (US) ·