Dino Patti Djalal: Dunia masuki "Next World Order", RI harus berperan

6 days ago 10
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Saya menyebutnya Next World Order, bukan New World Order, karena ia tidak sepenuhnya menggantikan tatanan lama.

Jakarta (ANTARA) - Pendiri Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dino Patti Djalal menyampaikan bahwa dunia sedang memasuki sebuah tatanan baru dinamika global, dan momentum ini menuntut Indonesia untuk mengambil peran dalam ikut merancang arah tatanan dunia tersebut.

“Dunia sedang memasuki sebuah tatanan baru. Mari kita sejenak mencerna kenyataan ini: tatanan dunia berikutnya telah berada di depan mata,” kata Dino saat membuka Conference on Indonesian Foreign Policy (CIFP) 2025 di Jakarta, Sabtu.

Dino menuturkan bahwa kendati tatanan dunia baru sudah berada di depan mata, tatanan dunia tidak akan sepenuhnya meninggalkan tatanan yang lama.

Menurutnya, tatanan lama tetap harus dipertahankan, seperti Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), ASEAN, hingga NKRI.

“Saya menyebutnya Next World Order, bukan New World Order, karena ia tidak sepenuhnya menggantikan tatanan lama. Banyak hal akan tetap ada dan harus tetap ada: PBB, Piagam PBB, Konvensi Jenewa, Konvensi Hukum Laut PBB, ASEAN, NKRI, serta jumlah negara di dunia yang tetap sekitar 200 negara,” ucapnya.

Mantan Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat itu menguraikan bahwa setidaknya ada empat alasan utama yang membuat dunia kini beralih ke tatanan baru, yakni pergeseran distribusi kekuatan global, rapuhnya sistem berbasis aturan, melemahnya institusi multilateral, dan arah dunia yang semakin melenceng.

Merujuk pada pergeseran distribusi kekuatan global, Dino menyoroti jumlah negara yang menandatangani Piagam PBB pada saat Indonesia merdeka tahun 1945, hanya berjumlah 51 negara.

Namun pada 2025, jumlah anggota PBB meningkat hampir empat kali lipat menjadi 193 negara.

Ia menambahkan bahwa kekuatan ekonomi dunia pun berubah seiring tumbuhnya jumlah negara berpenghasilan menengah dan meningkatnya populasi kelas menengah global yang kini mencapai sekitar 4 miliar orang.

“Dari sisi ekonomi global, BRICS kini memiliki PDB gabungan berbasis PPP yang lebih besar dari G7—40 persen berbanding 28 persen—dan kesenjangan itu akan terus melebar,” jelasnya.

Alasan kedua adalah melemahnya kepatuhan terhadap sistem berbasis aturan.

Dino menyebut bahwa kepercayaan global terhadap penegakan hukum internasional berada pada titik terendah.

Sedangkan alasan ketiga adalah institusi multilateral seperti Dewan Keamanan PBB semakin sulit merespons krisis akibat kepentingan anggota tetap dan penggunaan hak veto.

Sementara terkait arah dunia yang melenceng, ia menegaskan bahwa dunia kini kehilangan kompas moral, sehingga batas antara benar dan salah semakin kabur.

Ia menambahkan bahwa hampir semua aspek dipersenjatai, mulai dari perdagangan, energi, teknologi, bantuan, migrasi, pendidikan, media, hingga budaya.

Melihat dinamika tersebut, Dino menilai bahwa momentum saat ini sangat tepat bagi Indonesia untuk menjadi salah satu perancang utama tatanan dunia berikutnya.

“Kekuatan diplomasi Indonesia terletak pada kekuatan gagasan dan idealisme. Dengan posisi sebagai negara ASEAN, anggota G20, serta reputasi kuat dalam inovasi multilateral, ini adalah saatnya Indonesia menjadi salah satu perancang utama tatanan dunia berikutnya,” ujar Dino.

Baca juga: RI harus arahkan ASEAN-PBB sebagai pilar utama multilateralisme global

Baca juga: Menlu Afsel: Deklarasi G20 tandai kemenangan multilateralisme

Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: M Razi Rahman
Copyright © ANTARA 2025

Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

Read Entire Article