ilustrasi(freepik)
DALAMÂ era komunikasi digital yang serbacepat, hampir setiap orang memiliki puluhan grup percakapan di aplikasi seperti WhatsApp atau Telegram. Namun, ada kalanya kapasitas memori ponsel atau keinginan untuk menjaga kesehatan mental menuntut kita untuk mengurangi interaksi digital tersebut. Mengajukan izin keluar grup sering kali menjadi momen yang canggung dan membingungkan bagi banyak orang. Padahal, meninggalkan grup percakapan adalah hak setiap pengguna, asalkan dilakukan dengan tata cara yang sopan dan tidak menyinggung perasaan anggota lainnya.
Fenomena group overload atau kelebihan beban informasi dari banyaknya grup yang diikuti dapat menurunkan produktivitas. Oleh karena itu, memilih untuk pamit adalah langkah logis. Artikel ini akan membahas secara mendalam bagaimana cara berpamitan yang elegan, profesional, dan tetap menjaga tali silaturahmi, sesuai dengan konteks grup yang Anda ikuti.
Alasan yang Dapat Diterima untuk Keluar Grup
Sebelum menyusun kalimat perpisahan, penting untuk memiliki alasan yang logis agar anggota grup dapat memaklumi keputusan Anda. Kejujuran yang dibalut dengan kesopanan adalah kunci utama. Berikut adalah beberapa alasan yang umum dan dapat diterima secara sosial:
- Perubahan Status Pekerjaan: Resign, mutasi divisi, atau berakhirnya masa kontrak kerja.
- Kapasitas Perangkat: Memori ponsel yang penuh atau kinerja perangkat yang melambat akibat terlalu banyak data chat.
- Fokus Produktivitas: Ingin mengurangi distraksi digital untuk fokus pada studi, proyek penting, atau keluarga.
- Relevansi Topik: Topik pembahasan di dalam grup sudah tidak lagi relevan dengan minat atau kebutuhan Anda saat ini.
Kumpulan Kata-Kata Izin Keluar Grup Berdasarkan Kategori
Setiap grup memiliki dinamika dan tingkat formalitas yang berbeda. Ucapan yang digunakan untuk grup kantor tentu berbeda dengan grup keluarga besar atau alumni sekolah. Berikut adalah referensi kalimat yang dapat Anda gunakan atau modifikasi:
1. Pamit dari Grup Pekerjaan (Formal)
Dalam konteks profesional, citra diri harus tetap dijaga meskipun Anda sudah tidak lagi menjadi bagian dari tim tersebut. Gunakan bahasa yang baku dan apresiatif.
- "Selamat pagi/siang rekan-rekan semua. Sehubungan dengan berakhirnya masa tugas saya di perusahaan ini per hari ini, saya mohon izin keluar grup. Terima kasih banyak atas kerja sama, bimbingan, dan dukungan yang luar biasa selama ini. Semoga sukses selalu untuk tim ini ke depannya. Mohon maaf jika ada kesalahan kata atau perbuatan. Salam sukses."
- "Halo Bapak/Ibu dan rekan sekalian. Karena saya telah dipindah-tugaskan ke divisi lain, saya izin pamit dari grup proyek ini agar komunikasi tetap efektif. Senang bisa bekerja sama dengan rekan-rekan hebat di sini. Tetap semangat!"
2. Pamit dari Grup Keluarga atau Kerabat
Untuk grup keluarga, pendekatan yang digunakan biasanya lebih hangat namun tetap harus hati-hati agar tidak menimbulkan salah paham atau dianggap memutus silaturahmi.
- "Assalamu’alaikum Om, Tante, dan Saudara semua. Mohon maaf sebelumnya, saya izin pamit keluar dari grup ini sebentar karena harus ganti nomor/reset HP yang memorinya sudah penuh. Nanti jika sudah beres, tolong di-invite kembali ya. Terima kasih pengertiannya."
- "Selamat malam keluarga besar. Mohon maaf saya izin left dulu karena notifikasi grup yang sangat aktif sering tertumpuk dengan pesan pekerjaan yang sedang padat-padatnya. Silaturahmi tetap jalan via jalur pribadi (Japri) ya. Sehat selalu untuk semua."
3. Pamit dari Grup Alumni atau Komunitas
Grup alumni sering kali menjadi tidak aktif atau justru terlalu ramai dengan topik yang melebar. Berikut cara menyampaikannya:
- "Halo teman-teman semua. Senang bisa terhubung kembali dengan kalian. Namun, mohon maaf saya harus izin keluar grup untuk mengurangi jumlah grup di WhatsApp supaya HP tidak lemot. Kita tetap bisa kontak-kontakan lewat Japri atau media sosial ya. Sukses terus buat kalian!"
- "Rekan-rekan komunitas, terima kasih atas sharing ilmunya selama ini. Karena kesibukan pekerjaan yang menyita waktu, saya izin pamit undur diri dari grup agar tidak menjadi silent reader saja. Semoga komunitas ini makin jaya."
Langkah-Langkah Teknis Sebelum Menekan Tombol 'Exit'
Etika tidak hanya sebatas kata-kata, tetapi juga tindakan. Sebelum benar-benar keluar, lakukan langkah-langkah berikut untuk menunjukkan profesionalisme Anda:
- Selesaikan Tanggungan: Jika ini adalah grup kerja, pastikan Anda tidak meninggalkan tugas yang belum selesai atau pertanyaan yang belum terjawab.
- Hubungi Admin atau Atasan: Ada baiknya mengirim pesan pribadi (Japri) kepada admin grup atau atasan sebelum berpamitan di grup. Ini adalah bentuk penghormatan kepada pembuat grup.
- Berikan Kontak Alternatif: Sertakan nomor telepon lain, email, atau akun LinkedIn jika Anda keluar dari grup profesional, agar jejaring tetap terhubung.
- Pilih Waktu yang Tepat: Jangan keluar grup di tengah perdebatan panas atau saat ada pengumuman penting. Pilihlah waktu yang tenang, misalnya di akhir jam kerja atau akhir pekan.
Alternatif Selain Keluar Grup
Jika Anda merasa sungkan atau takut menyinggung perasaan orang lain dengan melakukan izin keluar grup, fitur teknologi yang disediakan oleh aplikasi pesan instan dapat menjadi solusi alternatif. Anda dapat menggunakan fitur Archive (Arsipkan) atau Mute (Bisukan) selamanya.
Dengan mengarsipkan chat, grup tersebut tidak akan muncul di halaman utama percakapan Anda kecuali ada pesan baru yang masuk (tergantung pengaturan) atau jika Anda membukanya secara manual. Ini adalah jalan tengah bagi Anda yang ingin menjaga ketenangan pikiran tanpa harus memutus akses informasi dari grup tersebut secara total.
Pada akhirnya, kenyamanan dalam berkomunikasi adalah prioritas. Meninggalkan grup bukanlah sebuah dosa sosial, melainkan upaya untuk menata prioritas komunikasi agar lebih efektif dan efisien. Gunakan kalimat yang baik, alasan yang jujur, dan waktu yang tepat, maka citra positif Anda akan tetap terjaga. (P-4)

18 hours ago
2





















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379583/original/008279300_1760351169-Artboard_1_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378189/original/057508300_1760218015-AP25284765147801__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348124/original/066186800_1757768591-persebaya.jpg)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5367784/original/099774300_1759313808-Sherhan-Kalmurza.jpg)

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377650/original/070250500_1760140104-AP25283706908321.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5277047/original/083807100_1751975773-Sakit_mag.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5325476/original/093684600_1755998966-MPL_ID_S16_01.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376773/original/003374000_1760018952-yaniv-knobel-UvkIx6DMTMk-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975262/original/049835800_1729563717-trombosit-adalah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5369643/original/010833600_1759476021-IMG-20251003-WA0016.jpg)

![[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Wamenkes Baru dan Eliminasi Tuberkulosis](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/y0KuB7erhDJ6TbtDuKZCqONsZYw=/1200x675/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376817/original/095760700_1760054336-WhatsApp_Image_2025-10-09_at_4.52.47_PM.jpeg)

English (US) ·