Ilustrasi(Antara)
MENTERI Perhubungan (Menhub) Dudy Purwagandhi angkat bicara terkait tingginya harga tiket pesawat menuju Aceh pascabanjir bandang di provinsi tersebut. Ia menegaskan lonjakan tarif bukan terjadi pada penerbangan reguler, melainkan pesawat charter.
Dudy menjelaskan, pola perhitungan biaya pesawat charter berbeda dengan penerbangan reguler. Pada sistem charter, biaya dihitung berdasarkan perjalanan pulang-pergi, meskipun pesawat tidak membawa penumpang pada salah satu rutenya.
“Kalau charter itu mereka menghitung tidak seperti reguler. Jadi kalau dari Jakarta misalnya kosong kemudian kembali, itu tetap dihitung. Karena itu tarif charter relatif lebih mahal dibanding penerbangan reguler,” jelas Dudy dalam media briefing Persiapan Penyelenggaraan Angkutan Nataru 2025/2026 di Jakarta, Jumat (5/12).
Kabar kenaikan tiket pesawat ini mencuat setelah akses jalan ke sejumlah wilayah Aceh terputus akibat bencana, sehingga transportasi udara menjadi pilihan utama.
Mengutip unggahan akun Instagram @kabaraceh, harga tiket di Bandara Rembele, Bener Meriah dilaporkan melejit. Untuk rute Rembele–Kualanamu, tarif dilaporkan mencapai Rp3.500.000 per orang pada Senin (1/12/2025). Sementara untuk rute Bener Meriah–Banda Aceh menggunakan pesawat Susi Air, harga tiket disebut tembus hingga Rp8.000.000.
Direktur Jenderal Perhubungan Udara Lukman F. Laisa menambahkan, pemerintah tidak dapat membatasi tarif pesawat charter karena sifat layanannya yang tidak diatur dalam struktur tarif penerbangan komersial reguler.
“Kalau charter tentu tidak bisa kita batasi," imbuhnya.
Saat ini penerbangan perintis tidak setiap hari tersedia di wilayah terdampak bencana bandang di Sumatra, sehingga pada kondisi tertentu masyarakat menggunakan charter. Tarif tiket pesawat charter pun disebut tidak bisa diawasi.
"Ini karena tidak ada aturan yang mengatur," pungkasnya. (E-4)

12 hours ago
1





















:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5379583/original/008279300_1760351169-Artboard_1_copy.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5378189/original/057508300_1760218015-AP25284765147801__1_.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5348124/original/066186800_1757768591-persebaya.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5367784/original/099774300_1759313808-Sherhan-Kalmurza.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5377650/original/070250500_1760140104-AP25283706908321.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5277047/original/083807100_1751975773-Sakit_mag.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5325476/original/093684600_1755998966-MPL_ID_S16_01.jpg)


:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376773/original/003374000_1760018952-yaniv-knobel-UvkIx6DMTMk-unsplash.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4975262/original/049835800_1729563717-trombosit-adalah.jpg)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5369643/original/010833600_1759476021-IMG-20251003-WA0016.jpg)

![[Kolom Pakar] Prof Tjandra Yoga Aditama: Wamenkes Baru dan Eliminasi Tuberkulosis](https://cdn1-production-images-kly.akamaized.net/y0KuB7erhDJ6TbtDuKZCqONsZYw=/1200x675/smart/filters:quality(75):strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5376817/original/095760700_1760054336-WhatsApp_Image_2025-10-09_at_4.52.47_PM.jpeg)

English (US) ·