Bukit Barisan Miliki Lereng Curam, Pemukiman di Kawasan Kipas Aluvial

1 day ago 4
informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online informasi penting online berita penting online kabar penting online liputan penting online kutipan penting online informasi online terbaru berita online terbaru kabar online terbaru liputan online terbaru kutipan online terbaru informasi online terkini berita online terkini kabar online terkini liputan online terkini kutipan online terkini informasi online terpercaya berita online terpercaya kabar online terpercaya liputan online terpercaya kutipan online terpercaya informasi online berita online kabar online liputan online kutipan online informasi akurat berita akurat kabar akurat liputan akurat kutipan akurat informasi penting berita penting kabar penting liputan penting kutipan penting informasi viral berita viral kabar viral liputan viral kutipan viral informasi terbaru berita terbaru kabar terbaru liputan terbaru kutipan terbaru informasi terkini berita terkini kabar terkini liputan terkini kutipan terkini informasi terpercaya berita terpercaya kabar terpercaya liputan terpercaya kutipan terpercaya informasi hari ini berita hari ini kabar hari ini liputan hari ini kutipan hari ini informasi viral online berita viral online kabar viral online liputan viral online kutipan viral online informasi akurat online berita akurat online kabar akurat online liputan akurat online kutipan akurat online slot slot gacor slot maxwin slot online slot game slot gacor online slot maxwin online slot game online slot game gacor online slot game maxwin online demo slot demo slot online demo slot game demo slot gacor demo slot maxwin demo slot game online demo slot gacor online demo slot maxwin online demo slot game gacor online demo slot game maxwin online rtp slot rtp slot online rtp slot game rtp slot gacor rtp slot maxwin rtp slot game online rtp slot gacor online rtp slot maxwin online rtp slot game gacor online rtp slot game maxwin online
Bukit Barisan Miliki Lereng Curam, Pemukiman di Kawasan Kipas Aluvial Pakar Universitas Gadjah Mada, Dwikorita Karnawati.(MI/Agus Utantoro)

PEGUNUNGAN Bukit Barisan yang membentang dari Aceh hingga Lampung, secara geografis memiliki lereng yang curam, sungai yang curam dan sempit di atas dengan lebar beberapa meter, kemudian melebar hingga membentuk kipas aluvial di bagian hilir.

Kipas aluvial ini menjadi kawasan empasan aliran deras dengan lebar yang bisa mecapai satu kilometer. Kawasan ini merupakan kawasan yang subur dan banyak menjadi tempat permukiman penduduk.

Hal itu diungkap dua pakar Universitas Gadjah Mada, Dwikorita Karnawati, Guru Besar Fakultas Teknik dan Hatma Suryatmojo, dosen Fakultas Kehutanan UGM, Kamis (4/12).

Hatma mengatakan, dengan kondisi lereng yang curam, jika terjadi hujan dengan intensitas 50 milimeter saja, sudah menyebabkan terjadinya banjir. Padahal banjir yang melanda Aceh, Sumatra Utara dan Sumatra Barat, intensitas hujan mencapai lebih dari 300 milimeter.

"Arus deras yang menerjang pemukiman warga membawa kayu, lumpur, dan bongkahan tanah yang selama bertahun-tahun terakumulasi pada lereng-lereng curam Bukit Barisan. Peristiwa ini tampak hadir secara mendadak, namun akar penyebabnya tersusun dari lapisan geologi, dinamika iklim, dan perubahan ekologis yang berlangsung sejak lama," jelasnya.

Hatma Suryatmojo, dosen dan peneliti Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, mengurai bahwa struktur geomorfologi Sumatra membuat wilayah ini memang rentan terhadap luapan besar saat hujan turun. 

Lereng-lereng terjal dari Aceh hingga Lampung mengalirkan air langsung ke dataran rendah, sementara kipas vulkanik menjadi area yang kini banyak ditempati masyarakat. Jalur alami ini mempercepat aliran dan membawa material dalam jumlah besar ketika intensitas hujan meningkat. “Dengan pola seperti itu, hujan deras pasti membawa material dalam jumlah besar dan kecepatan tinggi,” ujarnya.

KONDISI EKOLOGIS KIAN MENURUN
Ia menegaskan banjir bandang yang membawa kayu-kayu dan sedimen itu tidak bisa dilepaskan dari kondisi ekologis yang kian menurun. Pembukaan lahan di daerah hulu, pemukiman yang merangkak naik ke dataran tinggi, serta perubahan fungsi hutan memperbesar limpasan permukaan. 

Ketika hutan hilang, kemampuan tanah menahan air ikut runtuh dan debit puncak tak lagi dapat dikendalikan. “Para pihak yang menjadi kontributor dosa ekologis itu sudah saatnya berhenti,” katanya.

Secara alami, katanya hutan memiliki kemampuan besar untuk menahan air hujan. Bahkan dalam kondisi ideal, hingga sepertiga air dapat tertahan di tajuk dan lebih dari separuh meresap ke dalam tanah sebelum mencapai permukaan. Ketika tutupan hutan berkurang, seluruh volume air bergerak serentak menuju sungai dan mempercepat terjadinya banjir. “Neraca airnya pasti berubah dan debit puncaknya meningkat drastis,” ujar Hatma.

Tajuk pada hutan yang belum rusak, katanya, mampu menahan air hujan hingga 65% sedangkan sisanya baru jatuh ke tanah. Selain meresap ke dalam tanah, sebagian kecil air mengalir. 

Terkait dengan banyaknya kayu gelondongan yang ikut terbawa banjir, Hatma mendukung adanya investigasi. Ia menegaskan, apakah kayu gelondongan tersebut berasal hutan negara yang dikelola Kementerian Kehutanan atau dari APL (Area Penggunaan Lain) yang kewenangannya ada di pemerintah daerah.

"Yang boleh menjadi kebun kelapa sawit, area pertambangan, hutan tanaman industri dan lainnya kewenangannya ada di tangan Pemda," ujarnya.

PERUBAHAN IKLIM
Mantan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, menambahkan bahwa perubahan iklim memperbesar risiko yang sudah tinggi secara alami. 

Kenaikan suhu global 1,55°C membuat kejadian hujan ekstrem semakin sering, dan prediksi menunjukkan peningkatan dapat mencapai 3,5°C pada akhir abad bila tidak ditekan. Dengan curah hujan setinggi ratusan milimeter per hari, sistem hidrologi di Sumatera tidak mampu lagi meredam laju air. “Kalau mitigasi ekologinya dilewatkan, kita bisa musnah,” ujar Dwikorita.

Dwikorita juga menilai struktur geologi Sumatra membuat wilayah ini sangat labil. Batuan yang terbentuk dari tumbukan lempeng naik dari dasar laut dalam kondisi retak-retak sehingga mudah longsor saat diguncang gempa kecil. Longsoran inilah yang kemudian menyumbat aliran sungai dan membentuk bendungan alami yang sewaktu-waktu dapat jebol. “Retakan-retakan itu membuat wilayah ini sangat rentan terhadap gerakan tanah,” katanya.

ANOMALI SIKLON
Guru Besar Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada Prof. Dwikorita Karnawati mengatakan, kondisi juga dipicu adanya anomali siklon tropis yang makin sering muncul. "Ini memperburuk keadaan," kata mantan Kepala BMKG. 

Dikatakan siklon yang biasanya tidak menembus zona tropis kini tumbuh di wilayah Indonesia dan bergerak melintasi daratan, membawa hujan intens selama berhari-hari. Fenomena ini tidak hanya memperbesar risiko banjir bandang, tetapi juga mempersingkat periode ulang bencana yang sebelumnya puluhan tahun. “Siklonnya tidak lagi patuh pada jalurnya, dan ini anomali yang semakin sering muncul,” ujar Dwikorita.

Dwikorita menjelaskan anomali siklon yang terjadi tahun ini tidak muncul secara terpisah, melainkan merupakan rangkaian fenomena yang telah terlihat sejak kemunculan Siklon Seroja dan Cempaka beberapa tahun sebelumnya. Pola siklon-siklon tersebut mulai menunjukkan perilaku tidak lazim, termasuk melintasi daratan dan bertahan lebih lama di wilayah tropis yang seharusnya menjadi zona penghalau. 

Siklon Senyar mempertegas gejala itu dengan tumbuh di area yang biasanya tidak memungkinkan dan bergerak menyeberangi daratan hingga mencapai Semenanjung Malaya. “Ini anomali yang mengindikasikan perubahan iklim semakin mempengaruhi dinamika siklon di kawasan Indonesia,” ujarnya. (E-2)

Read Entire Article