Laporan Liputan6.com dari Shanghai, Plesiran Aman karena Polisi dan CCTV di Mana-mana

Liputan6.com, Shanghai - Beberapa hari sebelum berangkat ke Shanghai untuk menghadiri peluncuran Vivo X300 Series dan OS Global pada Minggu, 12 Oktober 2025, konten tentang China tiba-tiba membanjiri FYP TikTok saya. Seolah semesta ingin memberi tahu hal-hal penting sebelum saya benar-benar menginjakkan kaki di sana. Agar tidak kaget, apalagi sampai pingsan, karena ekspektasi tak sesuai realita.

Ada dua jenis konten yang muncul. Pertama, video yang menyoroti sisi 'jorok' China. Mulai dari toilet umum yang digambarkan tak pernah dibersihkan, hingga kebiasaan orang meludah sembarangan. Ewwww! Sementara konten kedua justru memuji tingkat keamanan negara ini. Banyak yang bilang, traveling ke China itu aman, bahkan bisa disejajarkan dengan Jepang dan Korea Selatan.

Pesawat kami mendarat di Bandara Internasional Pudong (PVG) sekitar pukul 23.00 waktu setempat. Bus yang membawa 33 orang rombongan dari Indonesia langsung melaju menuju hotel. Karena sudah larut malam, pemandangan di luar jendela tak banyak terlihat, kecuali satu hal, jalan layang yang tinggi menjulang, persis seperti yang sering saya lihat di TikTok.

Sesampainya di hotel, teman sekamar saya berseru,"Gokil juga ya keamanan di bandara. Security-nya banyak, ngurus-nya juga sat set." Jujur, karena sudah terlalu lelah, saya baru sadar belakangan bahwa memang proses di Imigrasi berlangsung sangat tertib dan cepat. Berkat petugas keamanan yang sigap mengatur barisan kami.

Keesokan harinya, saya mulai benar-benar melihat sendiri bagaimana keamanan diatur di Shanghai. Di jalan raya depan hotel kami, polisi dengan tegas menilang pengemudi motor dan mobil yang melanggar aturan. Pemandangan seperti ini bukan sekali dua kali, tapi hampir setiap hari, pagi dan malam hari.

Ketika rombongan diajak ke Wukang Road dan Anfu Road untuk mencoba kamera Vivo X300 dan X300 Pro, kawasan itu dipadati turis. Namun, di setiap sudut, ada lebih dari dua polisi berjaga. Mereka tidak sekadar berdiri diam bak patung, tapi aktif menegur turis yang berdiri di luar garis aman atau menindak pesepeda yang melanggar rambu.

Saya sempat kehilangan arah setelah bersepeda mengelilingi kawasan itu. Dengan bantuan ChatGPT dan WhatsApp, saya akhirnya dibantu polisi setempat untuk menemukan titik kumpul. Meski agak sulit berkomunikasi karena bahasa, mereka dengan sigap menunjukkan arah.

Sebagai catatan, kalau Anda masih menggunakan roaming internasional dari provider Indonesia, akses ke kedua aplikasi tersebut masih memungkinkan. Namun, jika memakai nomor lokal China, kamu harus beralih ke aplikasi seperti Weibo atau WeChat.