Tak Cuma Sanitasi, Ini Kriteria Daerah Layak Disebut Kabupaten/Kota Sehat

Liputan6.com, Jakarta Upaya mewujudkan masyarakat yang sehat tidak hanya bertumpu pada pelayanan kuratif, tetapi juga penguatan edukasi dan pencegahan. Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menegaskan, strategi kesehatan berangkat dari membangun kebiasaan masyarakat agar tidak jatuh sakit. 

“Kita mesti mendidik masyarakat karena hidup sehat itu namanya preventif dan kita memastikan masyarakat kita melakukan tindakan preventif, mencegah jangan sampai sakit,” ujarnya dalam acara Penganugerahan Penghargaan Kabupaten/Kota Sehat dan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM Award) Tahun 2025, Jakarta Selatan, Jumat (28/11/2025). 

Penguatan perilaku hidup sehat menjadi kunci daerah dapat mencapai predikat Kabupaten/Kota Sehat (Swasti Saba). Tahun 2025, pemerintah juga memberikan STBM Award sebagai bentuk apresiasi bagi daerah yang mampu menerapkan perilaku higienis dan saniter melalui pilar-pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

Budi menjelaskan, kota sehat adalah daerah yang mampu mendidik masyarakat agar menerapkan gaya hidup sehat yang relevan dengan kondisi saat ini. 

“Kriteria kota sehat adalah kota yang kepala daerah mana benar-benar bisa mendidik masyarakatnya hidup sehat dengan gaya yang sekarang-sekarang, kekinian,” katanya.

Budi juga menekankan pentingnya aktivitas fisik, pola makan, dan tidur sebagai fondasi kesehatan masyarakat. 

“Cara mendidik masyarakat sehat itu fisiknya, olahraganya mesti baik. Karena CKG (Cek Kesehatan Gratis) paling mudah itu aktivitas fisik, makan yang lebih baik, tidurnya lebih baik,” jelasnya. 

“Gubernur, kepala daerah bisa bikin program agar masyarakat aktivitas fisiknya bagus, makannya bagus, tidurnya bagus, nah itu perlu kita kasih hadiah,” lanjutnya.

Plt. Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit Kemenkes Murti Utami menyebutkan, indikator kota sehat juga berkaitan dengan peningkatan umur harapan hidup. 

“Untuk kriteria-kriteria ini, contoh, ini kan kita juga harus memandang umur harapan hidup. Ini dengan panjangnya umur harapan hidup. Berarti kan kita berharap penduduk di kota atau di suku-suku sehat,” katanya.

Murti juga menjelaskan contoh indikator preventif yang digunakan dalam penilaian. 

“Indikator-indikator tadi, indikator preventif adalah indikator yang misalnya, oh ada car free day, oh ada kegiatan preventif olahraga, oh seluruh penduduk, sebagian besar, makan yang baik, rebus-rebusan,” tuturnya.

“Tidak kolesterol atau ikut CKG semua, setelah itu diobati. Nah itu jadi indikator-indikator itu, tidak hanya indikator yang berbau kesehatan lingkungan saja,” lanjutnya. 

Tidak hanya perilaku sehat, tetapi juga tindak lanjut pengobatan pada penyakit tertentu. 

“Misalnya penduduk yang hipertensi, diobati apa tidak, penduduk yang TB (Tuberkulosis), diobati apa tidak. Ini indikator ini yang nanti kita akan coba masukkan,” tambahnya.

Pada tahun 2025, terdapat 196 kabupaten/kota yang mengikuti proses verifikasi Kabupaten/Kota Sehat (KKS). Murti menjelaskan, prosesnya dilakukan bertahap dan melibatkan berbagai unsur. 

“Kita verifikasi, mulai dari bidang produksi, kemudian tingkat pusat, ini ada tim ya, tim verifikator-nya. Kalau yang di pusat itu kita melibatkan ada pakar, university, ada dari profesi, kemudian dari organisasi profesi, kemudian dari pusat sendiri dari kementerian, lembaga lintas sektor. Ini penilaian bersama-sama dan kita juga melakukan sampling lapangan,” jelasnya.

Menurut Murti, tidak semua daerah dapat langsung ikut serta.

“Mereka harus sudah siap dulu, kan tidak bisa main ikut-ikut. Ini kan kegiatan yang sudah berlangsung sejak 10 tahun, jadi mereka juga harus sudah mulai tahu karena tahun depan, dua tahun ke depan bisa tidak. Jadi mereka harus catch up terus kan,” ungkapnya. 

Tahun ini, pemerintah memberikan penghargaan Kabupaten/Kota Sehat dan STBM Award sebagai bentuk apresiasi dalam rangka Hari Kesehatan Nasional ke-61. 

Untuk kategori Wistara Paripurna sebanyak 1 Kabupaten/Kota,  Wistara sebanyak 3 Kab/Kota, Wiwerda sebanyak 41 Kabupaten/Kota, Padapa sebanyak 101 Kabupaten/Kota, dan 7 Provinsi dengan kategori Tim Pembina Provinsi Terbaik. 

Sementara itu, penerima Penghargaan STBM Award Tahun 2025 terdiri dari 2 Provinsi dengan kategori Provinsi Stop Buang Air Besar Sembarangan, 5 Kabupaten/Kota dengan kategori STBM Paripurna, 14 Kabupaten/Kota dengan kategori STBM Madya, 37 Kabupaten/Kota dengan kategori STBM Pratama.